Mungkin banyak dari kita dalam sebelum mengucapkan janji pasti kita yang beragama muslim mengucapkan doa kepada Allah dengan arti "Jika Allah Menghendaki", nah sebuah pertanyaan dalam diri admin "bagaimana penulisan yang tepat apabila kita tulis dalam sebuah kata yang jika janji yang kita ucapkan itu dilakukan dalam sebuah pesan singkat"
berikut penjelasannya
Bismillah.
Awalnya saya mengetahui pesan di atas dalam sebuah gambar dari jurnalnya mbak Diah Indri, beliau mempertanyakan kebenaran pesan viral yang sudah menyebar di Facebook. Memang beberapa hari terakhir ini ada kawan-kawan online saya yang sudah membiasakan menulis إِنْ شَاءَ اللّهُ dengan “In Shaa Allah”. Maka tergelitiklah saya untuk membuktikan viral tersebut. Dikatakan viral karena terdapat kata “forward this to everyone” dan “share it!”.
Awalnya saya mengetahui pesan di atas dalam sebuah gambar dari jurnalnya mbak Diah Indri, beliau mempertanyakan kebenaran pesan viral yang sudah menyebar di Facebook. Memang beberapa hari terakhir ini ada kawan-kawan online saya yang sudah membiasakan menulis إِنْ شَاءَ اللّهُ dengan “In Shaa Allah”. Maka tergelitiklah saya untuk membuktikan viral tersebut. Dikatakan viral karena terdapat kata “forward this to everyone” dan “share it!”.
Bagaimana cara mudah membuktikannya?
Seperti yang diajarkan Rasulullah yaitu menggunakan prinsip tabayyun.
Karena gambar tersebut memasang foto Dr. Zakir Naik, -beliau seorang dokter medis sekaligus da’i internasional dari India yang sering berbicara di forum-forum perbandingan agama-, maka yang saya lakukan adalah mengubek-ubek tulisan beliau di twitter. Ternyata ada beberapa akun atas nama beliau, diantaranya @ZakirNaik, @zakirnaikfans, @iamzakirnaik, @Dr_ZakirNaik, dan@Zakir_Naik. Saya teliti satu persatu, hampir semua akun tidak pernah ditemukan tulisan “In Shaa Allah”, tetapi menulisnya dengan “InshaAllah”, dan akhirnya terjawab sudah dengan salah satu tweet dari @zakirnaikfans tertanggal 19 November 2012 di bawah ini:
Seperti yang diajarkan Rasulullah yaitu menggunakan prinsip tabayyun.
Karena gambar tersebut memasang foto Dr. Zakir Naik, -beliau seorang dokter medis sekaligus da’i internasional dari India yang sering berbicara di forum-forum perbandingan agama-, maka yang saya lakukan adalah mengubek-ubek tulisan beliau di twitter. Ternyata ada beberapa akun atas nama beliau, diantaranya @ZakirNaik, @zakirnaikfans, @iamzakirnaik, @Dr_ZakirNaik, dan@Zakir_Naik. Saya teliti satu persatu, hampir semua akun tidak pernah ditemukan tulisan “In Shaa Allah”, tetapi menulisnya dengan “InshaAllah”, dan akhirnya terjawab sudah dengan salah satu tweet dari @zakirnaikfans tertanggal 19 November 2012 di bawah ini:
Saya coba padukan dua informasi tersebut seperti ini:
Naah… lho…
Apa maksud si pembuat viral di atas yang menisbahkannya berasal dari seorang da’i internasional dengan menyertakan fotonya?
Kalau ada yang bermaksud ingin memfitnah beliau, maka lebih parah lagi bagi yang membantu menyebarkan pesan tersebut tanpa kroscek. Semoga mereka semua mendapatkan hidayah-Nya.
Naah… lho…
Apa maksud si pembuat viral di atas yang menisbahkannya berasal dari seorang da’i internasional dengan menyertakan fotonya?
Kalau ada yang bermaksud ingin memfitnah beliau, maka lebih parah lagi bagi yang membantu menyebarkan pesan tersebut tanpa kroscek. Semoga mereka semua mendapatkan hidayah-Nya.
Saya memandang bahwa koreksi penulisan إِنْ شَاءَ اللّهُ di dalam gambar tersebut dianggap benar jika dimaksudkan untuk penulisan dalam bahasa Arab, karena ( إِنْ شَاءَ ) in syaa-a, terdiri dari 2 kata, yaitu ( إِنْ ) yang artinya “Jika”, dan ( شَاءَ ) yang artinya “Dia berkehendak”.
Dan memang, jika kedua kata tersebut disambung, maka menjadi ( إِنْشَاءَ ) insyaa-a yang artinya “menciptakan atau menumbuhkan”. Dan menimbulkan bunyi yang berbeda yaitu Insya-Ullah/InsyaUllah.
Dan memang, jika kedua kata tersebut disambung, maka menjadi ( إِنْشَاءَ ) insyaa-a yang artinya “menciptakan atau menumbuhkan”. Dan menimbulkan bunyi yang berbeda yaitu Insya-Ullah/InsyaUllah.
Koreksi dari si pembuat viral tersebut menjadi benar, jika dimaksudkan untuk mentranslate atau menyalin bunyi bacaan kalimat tersebut dari huruf Arab ke huruf Latin. Sebagaimana yang terdapat dalam cetakan Mushaf Al-Quran, yang mana di dalamnya tertulis ayat Al-Qur’an, lalu disertai dengan bacaan ayat dengan ejaan huruf latin, serta terjemahan ayat tersebut.
NAMUN bila dijadikan sebagai koreksi untuk penulisan “Insya Allah” atau “Insha Allah” dalam bahasa selain bahasa Arab yang menggunakan huruf latin, yang mana ketika menulisnya bukan dalam rangka mentranslate atau menyalin bunyi bacaan kalimat tersebut ke dalam bacaan Latin, tapi hanya bermaksud agar mudah dipahami oleh setiap pembaca karena penulisan seperti itu sudah lazim dan disepakati oleh masyarakat, maka koreksi tersebut TIDAK BENAR. Koreksi semacam ini justru akan mempersulit dan membingungkan penulis dan pembacanya, sebab sulit membedakan bunyi Insya Allah dengan In syaa Allah, semuanya sama artinya. Lain halnya kalau penulisan dan pengucapannya: Insya-Ullah / InsyaUllah, naah… ini baru merubah arti. Namun dalam viral tersebut mempertentangkan hal yang sebenarnya tidak merubah artinya. Hati-hati, hal yang kecil ini bisa menjadi pemicu perpecahan.
Di Indonesia, kita sudah maklum bila ditulis “Insya Allah” ataupun “Insha Allah” yang artinya “jika Allah berkehendak”. Maka sepatutnya tidak ada masalah dengan ini. Di Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis:
insya Allah
in•sya Allah <– bunyi pengucapan
[Isl] ungkapan yang digunakan untuk menyatakan harapan atau janji yang belum tentu dipenuhi (maknanya ‘jika Allah mengizinkan’)
Kalau pembuat viral yang ada dalam gambar tersebut mau komitmen dengan koreksiannya, maka seharusnya ia TIDAK BOLEH menulis “Naozobil lah” karena penulisan seperti itu tidak ada artinya. Tapi seharusnya ia menulis: “Na’uudzu Billaah” artinya: “Kami berlindung kepada Allah”
Agama Islam adalah agama yang sifatnya MUDAH dan menghendaki KEMUDAHAN bagi umatnya. Agama Islam sangat mencela dan melarang keras perbuatan yang berlebihan / tindakan mempersulit diri dan orang lain.
Kalau Anda masih ragu, tulis saja dalam bentuk arabnya: إن شاء اللهBagaimana kalau tidak ada font arabic? Ya tenang saja menuliskannya dengan“Insya Allah”, karena ini sudah baku penulisannya di Indonesia. Bagi yang tidak tinggal di Indonesia, ikuti saja standar penulisannya dalam bentuk latin yang sudah dibakukan di negeri tersebut. Kemudian soal menggunakan “sya” atau “sha”, sebaiknya diserahkan pada tradisi masing-masing. Di Indonesia, ش umumnya ditransliterasikan menjadi “sy”, sedangkan di luar negeri umumnya “sh”.
Jadi, mana yang betul? Insya Allah, Insha Allah, InsyaAllah, InshaAllah, In shaa Allah, apa In syaa Allah?
Jawabannya: tidak perlu meributkan atau menyalahkan permasalahan transliterasi seperti viral di atas, kembalikan kepada tata bahasa yang berlaku di negaranya masing-masing. Berbeda halnya kalau yang dipermasalahkan adalah huruf arab, kita harus tegas kalau menyangkut penulisan huruf arab.
Sekali lagi, ini hanya masalah transliterasi, yang penting jangan sampai salah Tulisan Arab dan Bunyi/lafaz-nya. Jangan sampai hal yang sepele ini (mempermasalahkan penulisan latin) menjadi benih perpecahan. Itulah hikmahnya ayat-ayat Al-Qur’an itu ditulis dalam bahasa aslinya yaitu bahasa Arab guna penyatuan umat di seluruh dunia, karena masing-masing daerah/negara ada kecenderungan beda dalam aksen dan bunyi bahasa.
Kalau Anda masih belum yakin, silakan mendatangi Pusat Pengkajian Bahasa Indonesia, diskusikan tema transliterasi ini. Daripada men-share tulisan atau menulis di blog/situs yang membenarkan viral information di atas yang justru menumbuhkan benih-benih perpecahan umat hanya gara-gara transliterasi. Jika masalah ini terus dibiarkan kelak akan ada polemik penulisan huruf latin: Assalamu’alaikum – Assalamu’alaykum, Masya Allah – Ma syaa Allah, dll. Kontraproduktif, bukan?! Tidak perlu mempersoalkan transliterasi yang di berbagai negara mempunyai kecenderungan berbeda. Sekali lagi yang terpenting itu adalah: Jangan sampai salah penulisan ARAB dan bunyi / lafaznya, karena akan merubah arti.
Lebih baik bagi Anda untuk mengingatkan dengan keras pada mereka yang justru memplesetkan ayat Al-Qur’an dengan huruf latin dengan penulisan alay seperti: ya owoh, ya auloh, ya auwoh, astajim, asetipiruloh, aingsya oloh, dll. Ini jelas pelecehan.
Hati-hati dengan viral information di internet ya, sebaiknya kroscek dulu sebelum meyakini kebenarannya apalagi menyebarkannya.
dari sumber lain mengatakan
Dalam bahasa arab, kata “insyaa Allah” ditulis dengan
إِنْ شَاءَ اللَّهُ
Yang artinya, ‘jika Allah menghendaki’
Ada 3 kata dalam kalimat ini,
a. Kata [إِنْ], artinya jika. Dalam bahasa arab disebut harfu syartin jazim (huruf syarat yang menyebabkan kata kerja syarat menjadi jazm)
b. Kata [شَاءَ], artinya menghendaki. Dia fiil madhi (kata kerja bentuk lampau), sebagai fiil syarat (kata kerja syarat) yang berkedudukan majzum.
c. Kata [اللَّهُ], sebagai subjek dari fiil syart.
Memahami susunan di atas, berarti kalimat [إِنْ شَاءَ اللَّهُ] adalah kalimat syarat, yang di sana membutuhkan jawab syarat. Namun di sana, jawab syaratnya tidak disebutkan, karena disesuaikan dengan konteks kalimat.
Sebagai contoh, jika konteks pembicaraan anda adalah berangkat ke kota Jogja, maka kalimat lengkapnya adalah: ’jika Allah menghendaki maka saya akan berangkat ke jogja.’
Kalimat ’maka saya akan berangkat ke jogja’ merupakan jawab syarat tersebut.
Bagaimana Cara Penulisan yang Benar?
Kalimat insyaa Allah berasal dari bahasa arab. Dan karena sering digunakan oleh masyarakat tanpa diterjemahkan, kalimat ini menjadi bagian dari bahasa kita. Mengingat huruf bahasa Indonesia dan huruf bahasa arab berbeda, masyarakat akan sangat kerepotan jika harus menuliskan kalimat ini dengan teks arabnya. Sehingga kita perlu melakukan transliterasi untuk menuliskan kata ini dengan huruf latin.
Karena itu, sebenarnya mengenai bagaimana transliterasi tulisan [إِنْ شَاءَ اللَّهُ] yang tepat, ini kembali kepada aturan baku masalah infiltrasi kata dan bahasa.
Bagi sebagian orang, baku itu bukan suatu keharusan. Yang penting masyarakat bisa memahami. Misalnya kata ‘Allah’, yang benar ditulis Allah, Alloh, ALLAH, atau bagaimana. Bagi sebagian orang, ini kembali kepada selera penulisnya.
Sebagai catatan, transliterasi kalimat bahasa asing, dibuat untuk membantu pengucapan kalimat asing itu dengan benar. Anda bisa bandingkan, transliterasi teks arab untuk masyarakat berbahasa inggris dengan transliterasi teks arab untuk orang Indonesia. Karena semacam ini disesuaikan dengan fungsinya, yaitu untuk membantu pengucapan kalimat arab tersebut dengan benar.
Dengan demikian, sebenarnya transliterari tidak bisa dijadikan acuan benar dan salahnya tulisan. Karena tidak ada aturan yang disepakati di sana. Semua kembali kepada selera penulis. Yang lebih penting adalah bagaimana cara pengucapannya yang tepat, sehingga tidak mengubah makna.
Tulisan arabnya
[إِنْ شَاءَ اللَّهُ],
Anda bisa menulisakan latinnya dengan insyaaAllah atau insyaa Allah atau inshaaAllah atau inshaa Allah atau insyaallah. Tidak ada yang baku di sini, karena ini semua transliterasi. Yang penting anda bisa mengucapkannya dengan benar, sesuai teks arabnya.
Karena itu, sejatinya tidak ada yang perlu dipermasalahkan dalam penulisan transliterasi semacam ini. Selama cara pengucapan dan makna yang dimaksud sama.
Allahu a’lam..
Dijawab oleh ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com)
Semoga mudah dipahami dan menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Wallahu a’lam bish-showab.